hikayat mergastua

arakian berangkatlah segala mergastua; lelap bertangguh hiba bukan alang-alang dari kota pekik riuh segala macam, ke pinggir rimba berdagang, ulat tidak mati oleh batu hendaknya, bak pantun orang,

kolek elok masuk berlabuh
kuak ayer bermuka-muka
rezeki nan bukan digaduh
turun rahmat nan tak dipinta

ralit mengepak mata jauh pakai memandang, oleh empunya rimba bukan diturut satu-satu kehendak, barang menumpang bukan terhalang, barang yang salah pakat dihadang maka bersenang jika mendatang hasil, meminjam kata orang,

untung sabut timbul untung padi rebah
ngiyang nyamuk kuk bertelur
hati bagai dipindah-pindah
datang nya beroleh bagai diatur

sayugia disebut-sebut megastua mendapat tanah sekangkang kera, hatta tiadalah besar sepenjuru sarang menimpa-nimpa selain cukup sekadar bermakan pakai sehari-hari. adapun terkemudian empunya rimba berlari-lari anak, tidaklah berpakaian mencari sisa di rimba berjerit-jerit memugar tanah, sedang mergastua mudik mengepala bertuan sudahlah pula diamnya empunya rimba berkias-kias sahaja.

duduk sama rendah berdiri adapun lebih tinggi
bagai digunting dalam melipat adapun ketua keramat
yang ditanak dimakan ulat padi bulat-bulat gemuk berisi
sudah nasib diuntung lupalah bersyukur merana merempat

akhir mergastua beranak pinak meminta-minta kesamaan dulunya tidak dihiba, tanah rimba kering laksana gendang, bunyi maha kuat sedang isinya hampa..